Kabar Sungai >> Status Code :

Sosialiasi di Dusun Jaranan

Info : Tim Sungai Sekber PPA DIY akan mengadakan Sosialisasi ttg Bahaya Banjir Lahar Hujan dan Sistem Evakuasi Mandiri di Dusun Jaranan (Selatan Bronggang - Barat Kali Gendol), Minggu 15 Mei 2011, jam 09.00. Monggo yg punya kesempatan yg longgar, sudilah mampir di lokasi.
Baca lebih lanjut - Sosialiasi di Dusun Jaranan

PENGUMUMAN

PENGUMUMAN

Sehubungan dengan berakhirnya masa tugas Tim Sungai - SEKBER PPA DIY pada bulan Maret 2011, maka Tim Sungai menyampaikan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan terima kasih atas segala dukungan yang diberikan oleh masyarakat dan rekan-rekan pecinta alam di Yogyakarta.

Selain itu, kami juga memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang telah kami lakukan selama bersosialisasi ataupun menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat - terutama bantaran sungai dan berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankan kami untuk meminta sedikit bantuan kepada seluruh masyarakat untuk memberikan komentar, saran dan bahkan kritikan untuk masukan bagi kami dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Terima kasih dan Salam Lestari Alam.

Tim Sungai - SEKBER PPA DIY 2010 - 2011
Baca lebih lanjut - PENGUMUMAN

Kamera Pemantau Sungai

Badan Geologi Kementrian ESDM telah memasang 9 kamera pemantau sungai yang berhulu di Gunung Merapi, yaitu: Sungai Senowo, Sungai Lamat, Sungai Putih dan Sungai Batang yang berada di Kabupaten Magelang; serta Sungai Boyong, Sungai Kuning, Sungai Opak dan Sungai Gendol yang berada di Kabupaten Sleman. Kamera tersebut memberikan informasi secara visual tentang kondisi sungai-sungai tersebut. Gambar (visual) yang ditayangkan dengan jeda sekitar 5 detik - 12 detik. Namun terkadang juga tidak up-date.


 







Baca lebih lanjut - Kamera Pemantau Sungai

Waspada Lahar Merapi

YOGYAKARTA, KOMPAS - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif meminta masyarakat yang tinggal di sekitar aliran lahar dingin Gunung Merapi untuk terus waspada. Alasannya, sekitar 60 persen material vulkanik Gunung Merapi belum keluar.
”Masih ada sekitar 60 persen (dari 150 juta meter kubik) material vulkanik Gunung Merapi yang belum turun. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen material berada di sebelah barat dan 32 persen lainnya di sebelah selatan, sisanya di luar itu,” kata Syamsul, Sabtu (5/2), seusai memberikan kuliah umum dalam Olimpiade Geografi Nasional untuk SMA Tahun 2011 di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Aliran lahar dingin Gunung Merapi sangat membahayakan karena waktu luncurannya dari hulu ke hilir sungai hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Karakter ini sangat berbeda dengan aliran banjir yang memerlukan waktu relatif lama untuk menggenangi suatu kawasan.
”Luncuran lahar dingin sangat cepat dan dampaknya dahsyat. Sewaktu-waktu masyarakat harus mau diarahkan oleh para relawan dan tim evakuasi jika lahar dingin tiba,” ujarnya.
Sejak Desember 2010, Badan Nasional Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum, dan UGM membangun sistem peringatan dini di sepanjang aliran sungai yang menjadi jalur lahar dingin Gunung Merapi. Pengadaan sistem ini menghabiskan dana sebesar Rp 2,6 miliar.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan, sebelum meletus pada akhir tahun 2010, material vulkanik Gunung Merapi mencapai 150 juta meter kubik. Jumlah material vulkanik itu diperkirakan terakumulasi dalam 100 tahun terakhir.
”Dengan jumlah material yang sedemikian banyak, saat ini material vulkanik yang sudah turun berupa lahar dingin masih sangat sedikit. Artinya, ancaman lahar dingin masih akan terus terjadi, khususnya pada saat musim hujan. Pemerintah dan masyarakat harus mengantisipasi hal ini secara serius,” tegas Surono.

Hingga Maret
Ancaman lahar dingin, menurut Syamsul, diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret mendatang. Masalahnya, hujan deras potensial terjadi hingga tiga bulan ke depan.
Karena itu, masyarakat diminta selalu waspada dan terus mengikuti informasi sistem peringatan dini. Pemerintah siap memfasilitasi apa pun agar masyarakat selamat dari ancaman lahar dingin Gunung Merapi.

”Upaya pemerintah, antara lain mengeruk dam-dam sabo agar aliran lahar dingin bisa tertangkap. Memang upaya ini kadang terpaksa berhenti saat hujan deras turun karena alat-alat berat harus segera dipinggirkan agar tidak hancur,” kata Syamsul. Lahar dingin yang membawa material berjumlah banyak juga masih terus melanda kawasan Jumoyo, Magelang, dan berulang kali melumpuhkan akses jalan Yogyakarta-Magelang. Hingga kini, pemerintah masih mencari skema yang tepat untuk menormalisasikan alur Kali Putih di kawasan itu: apakah membangun jembatan baru, jembatan balley, atau terowongan.

Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Sri Sumarti mengatakan, berdasarkan survei BPPTK Yogyakarta, material vulkanik yang mengalir di sepanjang Kali Putih mencapai lebih dari 12 juta meter kubik. Karena timbunan material vulkanik masih banyak, aliran lahar dingin dari puncak Gunung Merapi masih akan terus turun melalui kali yang ada di sekeliling gunung tersebut. (ABK).


Baca lebih lanjut - Waspada Lahar Merapi

Membaca Tabel Tinggi Muka Air Kali Boyong di Rejodani


Tinggi Muka Air atau TMA merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan kondisi terjadinya banjir lahar hujan. Selama ini pemantau TMA dilakukan secara visual dengan menempatkan personil di titik-titik pemantau sepanjang bantaran sungai. Dari hasil pemantauan tersebut, informasi disampaikan kepada masyarakat di sepanjang bantaran sungai. Namun demikian, langkah tersebut dapat dikatakan membutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit, karena membutuhkan tim pemantau yang stand by selama 24 jam. Oleh karena itu, penggunaan alat sebagai alternatif dalam pemantauan sungai merupakan sebuah kebutuhan mendesak.

Menjawab kebutuhan tersebut, Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM telah memasang beberapa alat pemantau banjir lahar dingin di lapangan yang dapat dipantau online lewat website. Salah satunya adalah alat pemantau elevasi muka air Kali Boyong secara real time  yang berada di Rejodani. Hasil dari pemantauan tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, seperti contoh berikut:

TMA di Rejodani


Kondisi TMA terakhir dapat dilihat di pojok kanan- di atas Tabel Real Time Feed" yang bertuliskan (contoh) : "Latest data at 24/01/2011 05:26:13 water level:268" yang artinya adalah pada tanggal 24 Januari 2011, jam 05:26 :13 waktu setempat, TMA di Rejodani adalah 268 milimeter atau 26,8 centimeter. Sedangkan untuk mengetahui kondisi sebelumnya, Anda tinggal mengarahkan crusor anda pada tabel di atas, maka akan muncul waktu dan angka di pojok kanan atas tabel. Misalnya, angka yang muncul adalah "5:03 - 286", cara mengartikannya sama dengan cara di atas.

Nah, warga di sepanjang bantaran Kali Code tinggal melakukan pencatatan TMA di Rejodani dan juga di lokasinya masing-masing, sehingga akan didapatkan perbandingan data dan bahkan waktu tempuh material (air, pasir, dll) dari Rejodani hingga lokasinya masing-masing.

Atas diadakannya peralatan ini, acungan jempol untuk rekan-rekan di Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM !!

Baca lebih lanjut - Membaca Tabel Tinggi Muka Air Kali Boyong di Rejodani