JOGJA NEVER GIVE UP
Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari satu bulan semenjak erupsi pertama pada tanggal 26 Oktober 2010 merupakan krisis terbesar selama lebih dari 100 tahun terakhir. Pihak berwenang menyatakan bahwa erupsi G. Merapi mencapai level 4 MVI dan mengeluarkan material yang luar biasa – volumenya diperkirakan sekitar 150 juta meter kubik selama kurang lebih 24 hari. Tingkat erupsi ini jauh lebih besar dibandingkan dengan erupsi G. Merapi tahun 2006 yang “hanya” mengeluarkan sekitar 3,5 juta meter kubik material selama kurang lebih 4 hari atau erupsi G. Galunggung pada tahun 1983 yang mengeluarkan material sekitar 50 juta meter kubik selama 8 bulan.
Krisis Merapi pada tahun 2010 telah memberikan dampak langsung yang luar biasa bagi masyarakat yang bermukim di lereng G. Merapi dan dampak tak langsung bagi masyarakat yang bermukim jauh dari G. Merapi. Kehidupan masyarakat lereng G. Merapi saat ini bisa dikatakan lumpuh total, dikarenakan penghidupan masyarakat musnah akibat terjangan material G. Merapi, baik yang berupa awan panas, lahar panas dan abu vulkanik. Sedangkan bagi masyarakat lainnya terancam bahaya sekunder dari letusan G. Merapi, yaitu banjir lahar hujan. Banjir lahar hujan berpotensi menjadi bahaya dikarenakan sebagian besar material berada di kawasan lereng selatan G. Merapi akan mengalir hingga di Samudera Hindia, jika terjadi hujan dalam volume yang besar di kawasan material tersebut berada . Kondisi tersebut yang memberikan ancaman bahaya terhadap kehidupan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi.
Terancamnya kehidupan masyarakat dari bahaya sekunder materil G. Merapi, telah mendorong Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam (Sekber PPA) DIY untuk melakukan gerakan “Jogja Never Give Up”. Seperti kita ketahui bersama, bahwa masyarakat Jogjakarta yang telah bangkit dari keterpurukan akibat erupsi G. Merapi dan gempa bumi tahun 2006 kembali harus berjuang lebih keras dalam menghadapi Krisis Merapi 2010. Oleh karena itu, gerakan ini merupakan sebuah gerakan moral yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Jogjakarta untuk bersama-sama menggabungkan potensi dan tidak menyerah dalam menghadapi Krisis Merapi tahun 2010. Gerakan “Jogja Never Give Up” diimplementasikan melalui dua program utama, yaitu: “Save Code for Jogja” dan “Save Opak for Jogja”.
Konsep Kegiatan “Save Code for Jogja” dan “Save Opak for Jogja”
Dari sekian banyak sungai yang berhulu di G. Merapi, Kali Code dan Kali Opak diperkirakan akan mendapatkan dampak yang terbesar bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Kali Code merupakan salah satu sungai yang memiliki pemukiman terpadat dan intensitas aktivitas kehidupan yang tinggi dibandingkan dengan kawasan sungai lainnya yang melintas di kawasan perkotaan Jogjakarta. Sedangkan Kali Opak menjadi perhatian dikarenakan volume material yang berada di hulu sungai ini sangat besar dan diperkirakan akan memberikan ancaman bahaya bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang bantaran Kali Opak. Oleh karena itu, diperlukan sebuah perhatian dari berbagai pihak terhadap agar masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman bahaya sekunder berupa banjir lahar hujan.
Memperhatikan hal tersebut, Program “Save Code for Jogja” dan “Save Opak for Jogja” bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap masyarakat yang bermukim di bantaran Kali Code dan Kali Opak menghadapi situasi tanggap darurat berbasiskan komunitas. Prinsip yang digunakan dalam program ini kesetaraan antar pelaksana program, yaitu masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak, pemerintah dan Sekber PPA DIY. Perwujudan prinsip tersebut dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif, dimana pihak yang berpatisipasi adalah SEKBER PPA DIY terhadap pengalaman masyarakat dan kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kota Jogjakarta dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Adapun Program “Save Code for Jogja” dan “Save Opak for Jogja” dilaksanakan dalam tiga kegiatan, yaitu:
· Pemetaan Fisik
Kegiatan Pemetaan Fisik adalah kegiatan pemetaan kondisi fisik di sepanjang aliran Kali Code dan Kali Opak, yang bertujuan untuk memetakan perkiraan dampak terhadap kehidupan masyarakat terutama pemukiman. Hasil dari Pemetaan Fisik ini adalah sebuah peta yang memuat kawasan rawan bahaya di sepanjang kedua sungai tersebut. Dengan adanya peta tersebut, masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bahaya dapat memahami potensi bahaya banjir lahar hujan dan kemudian dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadap bahaya banjir lahar hujan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh masyarakat di sepanjang bantaran Kali Code dan Kali Opak yang bekerjasama dengan Sekber PPA DIY.
· Pemetaan Sosial
Kegiatan Pemetaan Sosial adalah kegiatan pemetaan kondisi sosial masyarakat di sepanjang aliran Kali Code dan Kali Opak, yang bertujuan untuk memetakan potensi kekuatan dan kelemahan sumberdaya sosial masyarakat. Hasil dari Pemetaan Sosial ini adalah gambaran detail lingkungan sosial masyarakat yang dipergunakan untuk menyusun sebuah komunikasi yang terpadu berbasis masyarakat. Dengan adanya sebuah komunikasi terpadu, diharapkan masyarakat di sepanjang bantaran kedua sungai tersebut dapat melakukan evakuasi secara mandiri (self evacuation).
· Pemantauan Sungai
Kegiatan Pemantauan Sungai adalah kegiatan memantau Kali Code dan Kali Opak oleh Tim Pemantau Sungai yang dilaksanakan selama 16 jam sehari, mulai jam 12.00 hingga 04.00 WIB. Tim Pemantau Sungai terdiri dari angota-angota Perhimpunan Pecinta Alam DIY yang bertugas selama selama 4 jam per shift. Tugas dari Tim Pemantau Sungai adalah melakukan pengamatan terhadap kondisi sungai berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun sebelumnya. Hasil analisis atas indikator-indikator tersebut untuk menentukan level darurat (Normal – Waspada – Siaga – Awas), yang kemudian diinformasikan kepada warga masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak. Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan Sistem Evakuasi Mandiri.
· Pendampingan Masyarakat
Kegiatan Pendampingan Masyarakat adalah kegiatan yang memadukan pengalaman dan pengetahuan masyarakat (local knowledge) di sepanjang bantaran Kali Code dan Kali Opak dengan perkembangan informasi dan teknologi dalam mempersiapkan diri menghadapi bahaya banjir lahar hujan. Kegiatan Pendampingan Masyarakat terdiri dari dua sub-kegiatan, yaitu Penyusunan Sistem Evakuasi Mandiri dan Pendampingan Evakuasi Mandiri. Penyusunan Sistem Evakuasi Mandiri adalah kegiatan menyusun sebuah sistem evakuasi yang akan digunakan oleh masyarakat ketika terjadi banjir lahar hujan. Penyusunan Sistem Evakuasi Mandiri ini meliputi pembuatan jalur evakuasi, penyusunan Panitia Mandiri, sosialisasi tentang potensi bahaya banjir lahar hujan – baik dalam bentuk sosialisasi maupun informasi tertulis. Hasil dari kegiatan penyusunan Sistem Evakuasi Mandiri adalah sebuah sistem evakuasi yang dipahami dengan baik dan dilaksanakan sesuai prosedur yang ada oleh masyarakat ketika mendapatkan informasi ancaman bahaya banjir lahar. Dengan adanya Sistem Evakuasi Mandiri ini diharapkan masyarakat dapat melakukan evakuasi secara efektif dan tidak jatuhnya korban jiwa serta kerugian material seminimal mungkin.
Sedangkan Pendampingan Evakuasi Mandiri adalah kegiatan pendampingan terhadap Panitia Mandiri dalam melakukan Sistem Evakuasi Mandiri sesuai dengan Prosedur Evakuasi dan Ketentuan Evakuasi. Pendampingan ini bertujuan untuk memperkuat Sistem Evakuasi Mandiri yang dilaksanakan masyarakat dalam melakukan evakuasi, baik secara lokalitas (di masing-masing lokasi) maupun secara holistik (seluruh kawasan bantaran Kali Code dan Kali Opak). Dengan kekuatan sistem sosial di masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak diharapkan akan dapat mendukung Early Warning System (EWS) secara keseluruhan.
Rangkaian kegiatan pendampingan di masyarakat sepanjang bantaran Kali Code dan Kali Opak selanjutnya adalah penyusunan Early Warning System (EWS) yang sesuai dengan karakteristik lingkungan (fisik dan sosial) di masing-masing lokasi dan konsep EWS yang sesuai dengan konsep disaster management. Hasil dari penyusunan EWS tersebut bertujuan untuk memberikan sebuah pedoman masyarakat di sepanjang bantaran Kali Code dan Kali Opak dalam menyikapi berbagai ancaman bahaya banjir. Selain itu, EWS tersebut dapat dipergunakan antar generasi – yang tentunya disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan teknologi, sehingga masyarakat secara alamiah memiliki kewaspadaan dan ketanggapan darurat secara mandiri.
Prinsip Kegiatan
· Memperhatikan batas-batas ekolsistem dan keterpaduan antar komponen ekosistem.
· Menerapkan proses politik yang terbuka dan mudah diakses serta sistem pembuatan keputusan yang efektif, yang bebas dari represi politik.
· Kemitraan antar pelaksana (stakeholders) kegiatan.
· Transparan, tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders dan jaminan kemudahan aksesbilitas.
· Evaluasi Kinerja, meliputi : input (masukan), output (keluaran), outcome (hasil), benefit (keuntungan) dan impact (dampak) yang bakal muncul dalam satuan waktu tertentu.
· Integritas, kejujuran dalam pengelolaan kegiatan yang didasarkan atas pengalaman faktual dan pengetahuan teoretis.
· Fleksibel, menghargai kesempatan dan keberagaman kemampuan masing-masing pelaksana kegiatan, baik dari aspek kemampuan sumberdaya maupun kemampuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan.
Output Kegiatan
· Peta kawasan rawan bahaya di sepanjang Kali Code dan Kali Opak
· Sistem Informasi yang terpercaya dan mudah diakses
· Sistem komunikasi terpadu berbasis masyarakat di sepanjang Kali Code dan Kali Opak
· Sistem Evakuasi Mandiri
· Early Warning System
Waktu Kegiatan
Diperkirakan pada bulan Februari 2011 semuat output di atas dapat diwujudkan.
Sumber Pendanaan Kegiatan
Sumber pendanaan kegiatan berasal dari swadaya masyarakat bantaran Kali Code dan Kali Opak, swadaya Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam DIY dan donatur masyarakat.
Susunan Pelaksana Kegiatan
· Panitia Mandiri
· Tim Pemantau Sungai
· Tim Pendampingan Masyarakat
· Tim Level Darurat
· Tim Posko
· Tim Data dan Informasi
Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
· Pemetaan Fisik
Kegiatan sudah dilaksanakan dan menghasilkan Peta Kawasan Rawan Bahaya Kali Code dan Kali Opak.
· Pemetaan Sosial
Kegiatan masih dilaksanakan.
· Pemantauan Sungai
Kegiatan sudah dilaksanakan sejak tanggal 9 November 2010 hingga sekarang di Jembatan Ngentak, Sleman.
· Pendampingan Masyarakat
Kegiatan sudah dilaksanakan di 20 RW yang berada di bantaran Kali Code dan 2 dusun di bantaran Kali Opak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar