YOGYAKARTA, KOMPAS - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif meminta masyarakat yang tinggal di sekitar aliran lahar dingin Gunung Merapi untuk terus waspada. Alasannya, sekitar 60 persen material vulkanik Gunung Merapi belum keluar.
”Masih ada sekitar 60 persen (dari 150 juta meter kubik) material vulkanik Gunung Merapi yang belum turun. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen material berada di sebelah barat dan 32 persen lainnya di sebelah selatan, sisanya di luar itu,” kata Syamsul, Sabtu (5/2), seusai memberikan kuliah umum dalam Olimpiade Geografi Nasional untuk SMA Tahun 2011 di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Aliran lahar dingin Gunung Merapi sangat membahayakan karena waktu luncurannya dari hulu ke hilir sungai hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Karakter ini sangat berbeda dengan aliran banjir yang memerlukan waktu relatif lama untuk menggenangi suatu kawasan.
”Luncuran lahar dingin sangat cepat dan dampaknya dahsyat. Sewaktu-waktu masyarakat harus mau diarahkan oleh para relawan dan tim evakuasi jika lahar dingin tiba,” ujarnya.
Sejak Desember 2010, Badan Nasional Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum, dan UGM membangun sistem peringatan dini di sepanjang aliran sungai yang menjadi jalur lahar dingin Gunung Merapi. Pengadaan sistem ini menghabiskan dana sebesar Rp 2,6 miliar.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan, sebelum meletus pada akhir tahun 2010, material vulkanik Gunung Merapi mencapai 150 juta meter kubik. Jumlah material vulkanik itu diperkirakan terakumulasi dalam 100 tahun terakhir.
”Dengan jumlah material yang sedemikian banyak, saat ini material vulkanik yang sudah turun berupa lahar dingin masih sangat sedikit. Artinya, ancaman lahar dingin masih akan terus terjadi, khususnya pada saat musim hujan. Pemerintah dan masyarakat harus mengantisipasi hal ini secara serius,” tegas Surono.
Hingga Maret
Ancaman lahar dingin, menurut Syamsul, diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret mendatang. Masalahnya, hujan deras potensial terjadi hingga tiga bulan ke depan.
Karena itu, masyarakat diminta selalu waspada dan terus mengikuti informasi sistem peringatan dini. Pemerintah siap memfasilitasi apa pun agar masyarakat selamat dari ancaman lahar dingin Gunung Merapi.
”Upaya pemerintah, antara lain mengeruk dam-dam sabo agar aliran lahar dingin bisa tertangkap. Memang upaya ini kadang terpaksa berhenti saat hujan deras turun karena alat-alat berat harus segera dipinggirkan agar tidak hancur,” kata Syamsul. Lahar dingin yang membawa material berjumlah banyak juga masih terus melanda kawasan Jumoyo, Magelang, dan berulang kali melumpuhkan akses jalan Yogyakarta-Magelang. Hingga kini, pemerintah masih mencari skema yang tepat untuk menormalisasikan alur Kali Putih di kawasan itu: apakah membangun jembatan baru, jembatan balley, atau terowongan.
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Sri Sumarti mengatakan, berdasarkan survei BPPTK Yogyakarta, material vulkanik yang mengalir di sepanjang Kali Putih mencapai lebih dari 12 juta meter kubik. Karena timbunan material vulkanik masih banyak, aliran lahar dingin dari puncak Gunung Merapi masih akan terus turun melalui kali yang ada di sekeliling gunung tersebut. (ABK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar